Seni & Sastra


DARI HATI UNTUK KAK “MOTIVATOR’

Helaan nafasnya yang terengah-engah,masih ku ingat ketika pertama ku bertemu dengannya
Aku terharu-biru menerba asa
Raut wajahnya menggambarkan betapa berat beban dan tanggungjawab yang dipikulnya
Ia tetap tebarkan benih-benih pelukis cita
Suaranya menggetarkan motivasiku seketika
Setiap bait kata yang keluar sangat berarti bagiku
Ia selalu berusaha tersenyum diatas bebannya
Ia selalu berkata....
Tetap semangat,maju dan istiqomah Allah bersama kita
Ia menyadarkanku  akan arti perjuangan ,akan arti pengorbanan
Ia menyuruhku bangkit dari keterpurukan
Ia menyuruhku tegak musnahkan iba
Ia menyuruhku kukuh hancurkan suluh
Ia menyuruhku berlari lupakan gengsi
Maju...............kalahkan parasit-parasit pembuat kubu-kubu kehancuran
Serang...........tunjukkan garangmu
Aku semakin bergejolak,bergerak serentak dengan keringat yang bermandikan paras serta ilusi
Aku sadar dan terbangun dari tidur lamaku
Aku mampu berdikari.....
Tegak .........terjaga akan arti perjalanan panjang dalam perdaban manusia
Teruslah begitu...teruslah motivatorku

                        BY :Hendra Dermawan

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------


MASALAH
(Sebuah Kepastian yang Terabaikan)

Ia datang disaat tak kita butuhkan
Ia pergi setelah bekas tertinggal dihati
Datang bagai belati merobek lemahnya daging
Pergi bagai semut beriring dengan indahnya
Masalah ada yang mengatakan ia adalah musuh
Kejam,ganas,berbuat tanpa merasa
Tak ada yang ingin akan masalah
Masalah adalah onak
Tapi ia enggan tuk tinggalkan diri
Masalah ada yang mengatakan teman
Teman kala mencari masalah
Penyedap saat hati diterpa keriangan yang berkepanjangan
Masalah ada yang bilang indah
Bumbu kehidupan
Warna perjalan panjang
Masalah…
Bagiku masalah adalah noda…
Noda kebaikan yang melukiskan kebahagiaan hakiki
Riang tersirat dan membungkam
Lengkap hidupku karna masalah
Masalah selalu temaniku habiska usia
Masalah tetap setia bersama dalam masa apapun
Masalah tetap bersahaja dan terdiam
Ku rejam,ku hina ia enggan tuk berkata
Selama ini terlihat oleh ku ia tetap diam
Diam dan terdiam entah sampai kapan ?
Entah sampai wajahku menjadi kelam
Hingga lelahku terhenti
Sampai baraku padam.
_______________________________________________________________________________________________


Padamu
Terjangan peluru tak terdengar lagi
Hentaman bom tak hinggap lagi
Kini sepuluh November hari kebangkitanmu
Bukan jasad jiwamu terabadikan
Sepuluh novembar kesaktianmu dikumandangkan
Bukan dengan kata kekuatanmu dikobarkan
Peluru darah daging gugur disukmamu
Meluluh hati pertahankan negeri
Kini kau terbaring dengan senyum bekumu
Memandang luas peradapan negeri entah kapan
Tinggalkan jejak
Hadir disepuluh November
Jiwamu tegar terjansgkan pikuk tuli
Getik halaukan petir
Kebaktianmu kini dilantungkan
Pengagummu kau besarkan
Kami ada siksa binasa
Bermain ditian angin sutra beralun merdu ditepian hati
Biarkan kami menangis berbakti pada pertiwi





Siksa untuk Bumi
Bumi…Sudah sakit
Bukan karena penyakit
Ulah sebab onak duri
Keluh mengalir peluh
Kesah mengayun resah
Abdi tinggal diksi
Semesta membisu
Enggan bertasbih
Elak berbagi
Bumi memeram sendu
Mengais duka
Menanam durja
Bumi menangis
Merintih
Menukik.









Taubat tak sempat
Allah diri ini selalu member duri
Hati tak pernah tunduk
Tunai janji selalu hamba ingkari
Menyiduk keluh acap terucap
Allah aku rindu bersua
Tapi aku kotor
Ingkar pendosa
Penuh resah
Tak pernah kau muak berbagi
Tak henti siramkan kasih
Kami kaku tanpa rahmat-Mu
Tak berkutik
Hamba pendosa
Ingin melarat
Acap maksiat
Tak kuasa bertaubat
Hamba takot azab
Tak sanggup menghalau perih
Sungguh diri ini pencari sebab
Tak inginkan bahagiakan tetap
Allah berikan ampunan-Mu
Kepadaku menjulang dosa
Agar tenang menghela durja
Menanti barsah dengan sejuta aura
Roda Hidup

Begitulah hidup telah menyiratkan
Masalah duka bermudik mencari tepi
Tak lekang meski diterjang
Tabah tenang sabar ikhlas penawar diri
Hidup telah tersebutkan
Roda telah diputar
Lengah tertinggal
Kbur tersungkur
Berhenti mati
Hidup jalan tak bertepi
Hidup telah dipilih












Muhasabah

Masih melekat tsunami menghempas banda
Tukik begitu terkesan gempa menghujam ditengah jawa
Dan terbayang tangis merenggut sejuta mimpi
Berhelalah kini perampas tawa
Bagai benderng tanpa intai
Melalap anak bangsa
Yang ukh…mengambil suluh
Yang ih…menimba rintih
Hanya sejenak berhenti menunggu detik-detik mati
Manusia krikil
Manusia besi
Manusia api
Manusia Banjir
Krikil menghenyam kaca perdamaian
Besi menancap papan keadilan
Api membakar mimpi
Banjir menghanyut asa
Manusia alam siapa.





Aneh

Ini rasa tak biasa
Rasa tak sekedar asa
Aneh…
Melihatnya hati tercebis tenang
Menatapnya sejenak remukan tulang
Aneh…
Ini rasa apa dosa
Asa atau cita
Aneh…














Tak Insan

Tak benar…
Mengapa hadir kala mentari tak sempat menyinsing
Mengapa dia yang hadir
Bukan segenap bui
Aku tak butuh mimpi
Hati ini berkeluh
Menggoyang sejenak tinta dalam raga
Aku tak mau kecamkan perasaan ini
Tak mau dia yang hadir
Bila tetap bergelimang
Biar aku yang mengalah
Tak inginkan rasa ini
Menikam perih tanpa pamrih










Catatan Sang Mujahid

Jalan begitu panjang
Pedang meski ada darah bersimbah
Mati bukanlah alas an
Maju adalah jalan
Engah bukanlah pilihan
Tangguh adalah tujuan
Sebab jalan begitu panjang
Sepi tanpa henti
Ulurkan tangan tegakkan kedamaian
Singsingkan lengan tegakkan Khilafah
Sebab jalan masih terbentang
Tak mundur maju diukur











Kelam

Kelamku semakin mendalam
Keinginan semakin menipis
Buah tinggal tampuk yang tajam
Jauh terdengar sudah disuluh
Sebesar sarah tetap mengeluh
Tidurpun masih mengeluh
Sakit bila raga harus berbagi
Sendu menjadi bulir-bulir kesetiaan
Akankah hati mesti dirugi














Cuka di luka

Meskikah tangis harus dilantungkan
Isak diraungkan
Sakitkah hatimu ketika relung semakin mendala
Ketika cuka menyiram luka
Apa takdirku mengenyam duka
Kodratku hidup tersiksa


Lukanya, lukaku
Bukan salahnya yang terluka
Ia korban nafsu
Tuhan butakah mataku
Ketika budak-budang menyongsong hari demi sesuap nasi
Matikah iba yang sudah tertanam
Sudahlah…
Jangan banjirkan negeri ini dengan gelak lagi
Basuhlah tawa dengan tangan suci






Luka

Aku luka
Luka itu canda
Luka itu ria
Luka itu luka
Luka ketika aku gembira
Luka ketika aku bercanda
Luka ketika ria tiba
Luka ketika aku luka
Luka saat melihatmu gembira
Luka saat kau bercanda
Luka bila ria diauramu
Gembira ketika luka – luka
Aku luka…luka…luka…dan luka





MASALAH
(Sebuah Kepastian yang Terabaikan)

Ia datang disaat tak kita butuhkan
Ia pergi setelah bekas tertinggal dihati
Datang bagai belati merobek lemahnya daging
Pergi bagai semut beriring dengan indahnya
Masalah ada yang mengatakan ia adalah musuh
Kejam,ganas,berbuat tanpa merasa
Tak ada yang ingin akan masalah
Masalah adalah onak
Tapi ia enggan tuk tinggalkan diri
Masalah ada yang mengatakan teman
Teman kala mencari masalah
Penyedap saat hati diterpa keriangan yang berkepanjangan
Masalah ada yang bilang indah
Bumbu kehidupan
Warna perjalan panjang
Masalah…
Bagiku masalah adalah noda…
Noda kebaikan yang melukiskan kebahagiaan hakiki
Riang tersirat dan membungkam
Lengkap hidupku karna masalah
Masalah selalu temaniku habiska usia
Masalah tetap setia bersama dalam masa apapun
Masalah tetap bersahaja dan terdiam
Ku rejam,ku hina ia enggan tuk berkata
Selama ini terlihat oleh ku ia tetap diam
Diam dan terdiam entah sampai kapan ?
Entah sampai wajahku menjadi kelam
Hingga lelahku terhenti
Sampai baraku padam.


Hati

Hati Buah
Buah mata
Hati tangis
Luka buah
Buah hati luka mata menangis
Hati berbuah tangis diqalbu
Hati-hati menangis
Hati..





Rasa Tak Di undang

Ya Allah begitu tersiksanya aku dengan perasaan ini
Hilang sudah akal sehatku
Bila ia tetap bersemedi dibalik bercak merah
Aku tak kuasa hidup bila dia datang
Kebahagiaan hanya sejenak menghampiri
Sakit tak tergambarkan bila ia dating dengan noda
Tidak hanya rasa tindakpun urung dilakukan
Allah ambil rasa itu dari ku agar tenang nafas berhembus didetik akhir usiaku.


Kota Mati

Kota mati menyongsong gila
Gila kota menyongsong mati
Kota gila menyongsong mati
Kota gila mati
Kota mati sebenar gila
Sebenar gila dan mati
Dibangun dengan gila-gilaan
Ketika hati mati benar-benar mati
Mati gila negeri

Bumi meratap

Bumi memeng tempat berpijak
Bumi memang tempat menanak
Kepada siapa bumi mengadu
Ketika kulit diporak porandakan
Rejam hinggap menusuk ulu
Seri dirubah menjadi perih
Merebaklah banjir, gempa, longsor, badai, tsunami, menyuruk hati yang kabarnya sempurna
Menakik seribu tukik
Tangis sebagai obat
Bedelau kilau serantau tinggal nama
Riauh terkicuh tiada sengaja
Bumi enggan berbagi.